Scroll untuk baca artikel
Ads Beritapopuler.co.id 325x300
Daerah

Viral, Peternak di Pasuruan Buang Susu Sapi: Karena Pabrik Pilih Susu Impor

×

Viral, Peternak di Pasuruan Buang Susu Sapi: Karena Pabrik Pilih Susu Impor

Sebarkan artikel ini

BERITAPOPULER.CO.ID, JAKARTA– Dalam video viral yang beredar di media sosial, tampak ratusan ton susu sapi dibuang ke area perkebunan dengan menggunakan selang besar.

Aksi viral membuang susu sapi hasil itu sebagai bentuk protes para atas kebijakan pembatasan kuota pengiriman susu segar ke industri. Biasanya, mereka bisa mengirimkan 100-200 ton susu per bulan. Namun kini dibatasi hanya 40 ton.

Dari unggahan X (dulu Twitter) @NenkMonica pada Kamis (7/11/2024), dinarasikan seorang peternak bernama Bayu tengah membuang ribuan liter susu hasil peternakannya.

“Susu yang dari luar negeri diimpor, sementara susu yang ada di dalam negeri terbuang percuma,” tulis cuitan dalam akun tersebut.

Dalam keterangan video, terungkap fakta memprihatinkan, di mana perusahaan pengolah susu dikabarkan telah menerapkan kebijakan pembatasan pasokan susu sapi dari peternak lokal.

Mereka berdalih, pembatasan pasokan tersebut disebabkan oleh perbaikan mesin. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, pabrik tetap melanjutkan produksi dengan memanfaatkan bahan baku susu impor.

“Peternak sapi di Pasuruan membuang susu karena adanya pembatasan jumlah pengiriman susu ke industri pengolahan susu. Industri juga lebih memilih menggunakan susu impor dari pada susu dalam negeri,” lanjut keterangan yang sama.

Bayu Aji Handayanto, seorang peternak sekaligus pengepul susu di Pasuruan, mengungkapkan bahwa sejak dimulainya pembatasan ini, total susu yang terbuang mencapai 500 ribu liter. 

“Sejak akhir September hingga kini, sudah ada 500 ribu liter yang terpaksa kami buang,” ungkapnya, dikutip pada Sabtu, 9 November 2024.

Bayu mengaku telah mencoba mengolah sebagian susu yang tak terserap, tetapi keterbatasan kapasitas membuatnya tidak mungkin mengolah semuanya. 

Pada awalnya, pihak pabrik meminta pengurangan kuota dengan alasan adanya perbaikan mesin. 
Namun, pembatasan tersebut tetap berlanjut, dengan alasan lain berupa turunnya daya beli masyarakat. 

Bayu menilai alasan tersebut tidak cukup memadai, mengingat kebutuhan susu dalam negeri sebenarnya jauh lebih besar dibandingkan pasokan lokal yang hanya mampu memenuhi sekitar 20% kebutuhan nasional. 

“Jika alasan mereka daya beli menurun, itu terasa kurang masuk akal. Pasar masih membutuhkan produk susu lokal,” jelas Bayu, yang merasa langkah pabrik lebih dipengaruhi oleh kecenderungan untuk memilih susu impor.

Penelusuran yang dilakukan Bayu pun menguatkan dugaan bahwa pabrik lebih mengutamakan susu impor. 

Kondisi ini membuat para peternak lokal semakin dirugikan, sebab biaya produksi tetap tinggi sementara produk mereka tidak terserap. 

Di sisi lain, ketergantungan pada impor justru semakin mempersempit peluang peternak lokal untuk berkembang. 

“Kami berharap susu dalam negeri seharusnya diprioritaskan,” tambah Bayu. (*)

Dapatkan berita terupdate beritapopuler.co.id di: