JAKARTA – Polemik Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), terancam didisiplinkan.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mendatangi Istana Merdeka untuk bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) siang tadi.
Yaqut diketahui kini terancam hukuman disiplin oleh PKB menyusul pernyataannya yang meminta tidak memilih pemimpin yang memanfaatkan agama untuk kepentingan politik.
Melansir detikcom, di Istana Merdeka, Rabu (4/10/2023), Yaqut tiba sekitar pukul 15.40 WIB. Saat itu, Yaqut mengaku ingin melapor ke Jokowi. “Saya mau laporan,” kata Yaqut singkat.
Yaqut kemudian terlihat meninggalkan Istana pada pukul 16.44 WIB. Saat ditanya apakah ia bertemu langsung dengan Jokowi, Yaqut hanya tertawa. “hehe, hanya ingin tahu,” katanya.
Ia enggan membeberkan apa saja yang dibicarakan dengan Jokowi. Yaqut hanya mengatakan soal urusan kenegaraan. “Urusan negara, jelas urusan negara,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia mengaku hanya memberitakan program-program yang telah dilaksanakan Kementerian Agama. “Laporan program Kemenag yang sudah dilaksanakan, laporan presiden, laporan terkait penyelenggaraan haji, itu saja, laporan kerja,” ujarnya.
Yaqut diketahui sempat berpolemik dengan PKB dan diancam sanksi disiplin oleh partainya. Semua bermula saat Yaqut Cholil menyampaikan pidato pada acara doa bersama Wahana Nagara Rahaja di Hotel Alila, Solo, Jumat (29/9/2023) lalu. Acara tersebut dihadiri oleh umat Buddha.
Yaqut awalnya mengingatkan, pemilihan pemimpin negara tidak boleh sembarangan. Ia mengajak masyarakat memilih pemimpin yang tidak hanya pandai berbicara dan bermulut manis.
Oleh karena itu bapak ibu sekalian, saya berharap dalam memilih pemimpin negara ini untuk tahun 2024-2029, kalian benar-benar melihat rekam jejaknya. Jangan memilih dia karena bicaranya bagus, mulutnya manis, wajahnya tampan. Jangan asal begitu, harus dilihat track recordnya dulu,” jelasnya.
Yaqut mengingatkan kita untuk tidak memilih pemimpin yang memanfaatkan agama untuk tujuan politik. Yaqut lantas mengungkit Pilgub DKI Jakarta 2017 serta Pemilu 2014 dan 2019 yang menggunakan agama untuk tujuan politik.
“Kita masih ingat, kita punya sejarah buruk terkait penggunaan politik agama dalam politik, kita punya sejarah buruk beberapa waktu lalu saat Pilgub DKI Jakarta dan kemudian dua Pilpres terakhir, agama masih dianggap dijadikan alat. alat untuk mencapai kepentingan kekuasaan,” kata Yaqut.
Rupanya, pernyataan Yaqut untuk tidak memilih calon presiden (capres) yang punya rekam jejak mempolitisasi agama mendapat reaksi keras dari PKB.
Wakil Ketua Koalisi Perubahan sekaligus Ketua PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyebut pernyataan Yaqut seperti buzzer. Namun Cak Imin tak menjelaskan lebih lanjut terkait ucapannya tersebut.
“Ah, itu buzzer ha-ha-ha,” kata Cak Imin di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Minggu (1/10/2023).
Selain itu, sebagai pihak yang menaungi Yaqut, PKB menegaskan telah menyiapkan langkah-langkah untuk mendisiplinkan Yaqut. PKB meminta Yaqut memperhatikan ucapannya
Kenapa, karena ini pejabat publik, dia digaji pajak negara untuk menciptakan suasana kerukunan, jangan sampai mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak perlu. Masyarakat lebih paham,” kata Jazilul kepada wartawan, Minggu (1/10/2023). (*)